Selasa, 22 Mei 2012


Ilmu Sebelum Berkata dan Beramal


بــــــــــسم الله الرحمن الرحيــــــــــم

Oleh : Ustadz Abu Dzar

Al-Imam Al-Bukhari dalam Kitab Shahihnya "باب العلم قبل القول و العمل  -ilmu sebelum berkata dan beramal.

Berkata Ibnu Al-Munir “Maksud Imam Al-Bukhari adalah sesungguhnya ilmu adalah syarat sahnya perkataan dan amalan, keduanya tidak bermanfaat tanpa ilmu. Hal ini berarti ilmu harus didahulukan sebelum keduanya, karena ilmu yang akan membenarkan niat dan niat akan membenarkan amalan.

Tegaknya Iman dengan Ilmu

Seorang hamba harus beriman dengan iman yang benar. Iman ini harus ditegakkan dan dipertahankan oleh setiap mukmin. Iman ini hanya akan tegak dengan ilmu dan amal, tanpa keduanya maka iman tidak mungkin bisa ditegakkan.

Sebagaimana Allah berfirman:

فَعْلَمْ أنَّهُ لاَ إلَه َ إلاَّ الله . . .[محمد : 19]

“Ketahuilah, bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah. . .” (QS. Muhammad: 19)

Allah memerintahkan dalam ayat ini untuk mengilmui dan memahami kalimat laa ilaaha illa Allah (لا إله إلا الله). Hal ini menunjukkan bahwa iman harus dilandasi dengan ilmu yang shahih.

Dakwah Ilallah Wajib dengan Ilmu

Allah سبحانه و تعالى dan Rasulullah صلى الله عليه و سلم memerintahkan untuk berdakwah mengajak manusia melaksanakan yang ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran.

Sebagaimana Allah berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَ تَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ. . .[آل عمران : 110]

“Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan kepada manusia mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar. . .”(QS. Ali Imran: 110)

Berdakwah bukan hanya seruan semata tetapi harus ada syarat ketentuan yang wajib diperhatikan dan diketahui oleh setiap da’i yaitu;
  • Berdakwah haruslah ikhlas hanya kepada Allah (dakwah ilallah). Tidak boleh berdakwah atau menyeru karena atau kepada kelompok, golongan, partai tertentu dan lainnya.
  • Berdakwah harus dengan bashirah atau ilmu, yakni Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah صلى الله عليه و سلم sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih.

Kedua ketentuan tersebut telah Allah sebutkan dalam Al-Qur’an, yakni:

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي. . .[يوسف:108 ]

“Katakanlah(Muhammad): inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah di atas bashirah. . .”(QS. Yusuf : 108)


Ibadah tanpa Ilmu

Kita kadangkala mempunyai semangat yang begitu besar untuk bertaqarrub dan beribadah kepada Allah. Ini merupakan sifat yangmulia dan sesuatu yang terpuji. Tetapi, bagaimanakah jika ibadah dan amalan yang dilakukan dengan semangat tersebut tidak dilandasi dengan ilmu yang shahih? Sudah barang tentu akan menimbulkan dampak-dampak yang sangat buruk sekali.  Diantaranya adalah:
  • Kerusakan yang ditimbulkan akan lebih besar daripada maslahatnya.
Sebagaimana Ulama mengatakan:

مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرُ مِمَّا يُصْلِحُ

“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu maka kerusakan yang ditimbulkannya jauh lebih besar daripada maslahatnya.”
  • Amalan yang tidak dibangun di atas ilmu yakni Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan diterima oleh Allah, oleh karena itu beramal haruslah sesuai dengan tuntunan Rasulullahصلى الله عليه و سلم.
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda:
مَنْ عَمَلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ [متفق عليه]

“Barangsiapa beramal dengan amalan yang tidak sesuai dengan syariat kami maka (amalan itu) tertolak.” (Muttafaqun ‘Alaih- HR.Bukhari dan Muslim)

Bahaya Kejahilan (Al-Jahl) tentang Agama

Kejahilan adalah faktor yang sangat berbahaya yang banyak menimbulkan kerusakan, kekacauan dan hal buruk lainnya. Di antara bahaya kejahilan;
  • Kejahilan adalah penyakit atau virus yang merusak dan mematikan, yaitu merusak iman, akidah dan ibadah seseorang yang menyebabkan ia terjerumus pada kesyirikan, kekufuran, dan kebid’ahan.
Obat dari penyakit yang sangat berbahaya ini tidak lain hanya dengan ilmu, memahami Al-Qur’an dan Sunnah dengan bimbingan para ulama.

Sebagaimana perkataan Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah رحمه الله :

الجهل داء قاتل و شفاؤه أمران في التركيب متفقان نص من القرآن أو من السنة و طبيب ذاك العالم الرباني

“Kejahilan adalah penyakit yang mematikan dan obat penyakit tersebut ada dua yang keduanya sejalan dalam tujuan. Yakni, dalil dari Al-Qur’an atau Sunnah dan pembimbingnya adalah seorang yang ‘alim robbaniy.”
  • Kejahilan terhadap syariat islam merupakan satu diantara sebab munculnya kesesatan dan penyimpangan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata tentang sebab munculnya kesesatan salah satunya adalah banyaknya orang-orang yang tidak mengerti tentang perintah yang disyariatkan dan dicintai Allah dan Rasulnya dan yang diajarkan Rasulullah kepada umatnya dan yang beliau perintahkan untuk mengikutinya.

Syaikh Sholih Fauzan Al-Fauzan  رحمه اللهjuga menjelaskan dalam kitabnya “Al-Irsyad Ila Sholihil I’tiqad”, bahwa salah satu faktor paling besar timbulnya penyimpangan dan bid’ah dalam agama ini adalah karena kejahilan.

Sampai Kapan Mencari Ilmu?

Mencari ilmu harus terus berlanjut sampai ruh terpisah dari jasadnya. Berkata Al-Hasan Ibn Manshur Al-Jasshas, “Saya bertanya kepada Imam Ahmad Ibn Hambal رحمه الله, sampai kapan seseorang menulis hadits? Maka beliau menjawab: “Sampai mati.”

Pesan Untuk Para Pencari Ilmu

Wahai para pencari ilmu (Thullabul ‘Ilmi), jika engkau telah melangkahkan kakimu untuk mencari ilmu, maka berarti engkau sedang berada di tengah medan jihad fii sabilillah.

Maka janganlah engkau mundur apalagi menyerah sebelum engkau mendapatkan dua keuntungan atau paling tidak mendapatkan salah saru dari keduanya, yaitu mendapatkan kemenangan dengan menghasilkan ilmu yang bermanfaat untukmu, keluargamu, dan untuk seluruh kaum muslimin. Atau yang kedua yaitu gugur sebagai tholibul ilmi fi sabilillah. Kedua-duanya dicintai dan diridhai oleh Allah.

Duhai, alangkah indahnya perjalanan ini.

Inilah ulasan singkat tentang pentingnya ilmu serta bahaya dari kejahilan. Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Rujukan:
  1. Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari.
  2. Fadhlul Ilmi wa Al-Ulama karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah.
  3. Dirasat fi Al-Ahwa wal Bida’ wal Firaq karya Syaikh Abdul Karim Al-‘Aql

Tidak ada komentar:

Posting Komentar