Kisah Salman Al-Farisi Mencari Kebenaran (II)


...
Suatu hari, lewatlah rombongan pedangan dari Kalb. Kukatakan pada mereka : "Bawalah aku bersama kalian ke negeri Arab dan akan kuberikan sapi dan kambingku ini pada kalian. Mereka berkata : "Iya." Maka kuberikan sapi dan kambingku sebagai imbalan agar mereka membawaku ke negeri Arab. Tatkala sampai di lembah Al-Quro mereka menzholimiku dengan menjualku sebagai budak kepada seorang Yahudi. Maka aku pun tinggal di tempat orang Yahudi tersebut dan kulihat pohon kurma. Aku berharap semoga negeri ini adalah negeri yang disifatkan si Fulan kepadaku.
Ketika aku berada di sisi orang Yahudi tersebut, datanglan anak pamannya dari Bani Quraidzah di Madinah. Ia membeliku darinya. Kemudian ia membawaku ke Madinah. Begitu tiba di Madinah, demi Allah, tidaklah yang kulihat kecuali seperti apa yang disebutkan si Fulan kepadaku. Maka akupun tinggal bersamanya di Madinah.
Rasulullah shalallahu'alaihi wasalam telah diutus, beliau tinggal di Makkah beberapa lama. Aku tidak pernah mendengar ceritanya karena kesibukkan sebagai seorang budak. Kemudian Rasulullah hijrah ke Madinah. Tatkala aku berada di puncak pohon kurma majikanku, sementara majikanku duduk di bawah pohon tersebut. Tiba-tiba datanglah keponakannya dan berkata : "Wahai Fulan, Celakah BaniQoilah (suku Aus dan Khazraj). Demi Allah , mereka kini sedang berkumpul di Quba' untuk menyambut kedatangan seorang yang datang dari Makkah. Mereka Yakini bahwa orang tersebut adalah nabi."
Tatkala kudengar pembicaraannya, aku gemetar hingga aku khawatir jatuh menimpa majikanku. Aku pun turun dari pohon kurma, dan bertanya pada keponakan majikanku : "Apa yang tadi engkau katakan, apa yang tadi engkau katakan?." Majikanku sangat marah, dia memukulku dengan pukulan yang keras. Kemudian berkata : "Apa urusanmu menanyakan hal ini, Kembalilah bekerja." Kukatakan : "Tidak ada, kecuali hanya mencari kejelasan ucapannya." Padahal sebenarnya telah kumiliki keterangan akan diutusnya seorang nabi. Di sore hari kuambil sejumlah bekal kemudian aku pergi menemui Rasulullah shalallahu'alaihi wasalam di Quba'. Maka aku menemui beliau dan kukatakan padanya : "Sesungguhnya telah kudengar bahwa engaku adalah seorang yang sholih, engkau memiliki sahabat yang dianggap asing dan miskin. Kubawakan sedikit sedekah yang menurutku kalian lebih berhak menerimanya daripada orang lain." Kudekatkan sedekahku ini kepada beliau shalallahu'alaihi wasalam. Maka Rasulullah shalallahu'alaihi wasalam berkata kepada sahabatnya : "Makanlah, sedangkan beliau tidak menyentuh dan tidak memakan sedekah tersebut." Aku berkata dalam diriku : "Ini tanda pertama dari kenabiannya." Aku pun pergi meninggalkan beliau untuk mengumpulkan sesuatu. Dan Rasulullah pindah ke Madinah. Kemudian kudatangi beliau lagi dan berkata : "Sesungguhnya aku melihatmu tidak makan sedekah, sekarang kubawakan untukmu hadiah." Rasulullah pun makan hadiah tersebut dan memerintahkan sahabatnya untuk makan bersamanya. Aku berkata dalam diriku : "Ini tanda kedua dari kenabiannya."
Kemudian aku menemui beliau ketika beliau berada di kuburan Baqi' Al-Gharqad sedang mengantarkan jenazah salah seorang sahabatnya. Beliau mengenakan dua lembar kain. Ketika itu beliau sedang duduk di tengah sahabatnya. Aku pun memberikan salam kepadanya. Kemudian aku berputar untuk melihat punggung beliau. Mungkinkah aku dapat melihat cincin kenabian yang di sifatkan si Fulan padaku?. Tatkala Rasulullah melihatku sedang memperhatikan beliau, beliau mengetahui bahwa aku sedang mencari kejelasan tentang ciri kenabian tersebut. Maka beliau pun melepaskan kain selendang dari punggungnya, aku berhasil melihat tanda cincin kenabian dan aku pun yakin bahwa beliau adalah seorang Nabi. Maka aku tersungkur di hadapan beliau dan memeluk beliau seraya menangis. Rasulullah berkata : "Geserlah kemari." Aku pun bergeser ke hadapan beliau dan kuceritakan kisahku pada Beliau shalallahu'alaihi wasalam sebagaimana kuceritakan kisahku ini padamu wahai Ibnu 'Abbas. Maka para sahabat pun ta'ajub kepada Rasulullah setelah mendengar perjalanan hidupku tersebut.
Pekerjaan sangat menyibukkan Salman sehingga menghalanginya mengikuti perang Badar dan Uhud. Suatu ketika Rasulullah shalallahu'alaihisalam berkata padaku : "Wahai Salman! mintalah pada majikanmu untuk bebas." Maka majikanku membebaskan aku dengan tebusan 300 pohon kurma yang aku tanam untuknya dan 40 uqiyah. Kemudian Rasulullah berkata kepada para sahabatnya : "Bantulah saudara kalian ini." Mereka pun membantuku dengan memberi pohon (tunas) kurma. Diantara sahabat ada yang memberiku 30 pohon, atau 20 pohon, ada yang 15 pohon, dan ada yang 10 pohon, masing-masing sahabat memberiku pohon kurma sesuai dengan kadar kemampuan mereka, sehingga terkumpul benar-benar 300 pohon.
Setelah terkumpul Rasulullah bersabda : "Berangkatlah wahai Salman dan tanamlah pohon kurma itu untuk majikanmu, jika telah selesai datanglah kemari aku akan meletakkannya di tanganku." Aku pun menanamnya dengan bantuan para sahabat. Setelah selesai aku menghadap Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan memberitahukan perihalku, Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar bersamaku menuju kebun yang aku tanami itu. Kami dekatkan pohon (tunas) kurma itu kepada beliau dan Rasulullah pun meletakkannya di tangan beliau. Maka beliau berkata : "Yang jiwa Salman berada di TanganNya, tidak akan ada sebatang pohon pun yang mati."
Untuk tebusan pohon kurma sudah terpenuhi, aku masih mempunyai tanggungan uang sebesar 40 uqiyah. Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam membawa emas sebesar telur ayam hasil rampasan perang. Lantas beliau bersabda : "Apa yang telah dilakukan Salman al-Farisi?." Kemudian aku dipanggil beliau, lalu beliau berkata : "Wahai Salman ambillah emas ini, gunakan untuk melengkapi tebusanmu!"
Aku berkata : "Wahai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, bagaimana status emas ini bagiku?." Beliau menjawab : "Ambil saja! Insya Allah, AllahSubhanahu wa Ta’ala akan memberi kebaikan kepadanya.’ Kemudian aku menimbang emas itu -dan yang jiwa Salman yang berada di TanganNya- berat emas itu 40 uqiyah. Kemudian aku penuhi tebusan yang harus kuserahkan kepada majikanku, dan aku pun dimerdekakan.
Setelah itu aku turut serta bersama Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam perang Khandaq dan sejak itu tidak ada satu peperangan pun yang tidak aku ikuti.
(HR. Ahmad, 5/441; ath-Thabranl dalam al-Kabir(6/222); lbnu Sa’ad dalam ath-Thabagat, 4/75; al-Balhaqi dalam al-kubra, 10/323.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar