Kisah Salman Al-Farisi Mencari Kebenaran (I)


Oleh : Abu Abdillah Aidil Fitriansyah
Berkata Imam Ahmad dalam musnadnya : "Telah berkata kepada kami Ya'qub bin Ibrahim, berkata pada kami Bapakku dari Ibnu Ishaq, berkata pada kami 'Ashim bin Umar bin Qotadah Al-Anshori dari Mahmud bin Labid dari Abdullah Ibnu 'Abbas Radhiallahu'anhuma, sesungguhnya Salman Al-Farisy telah menceritakan dari lisannya kepadaku :
Dahulu aku adalah seorang pemuda persi dari keluarga Asbahan, warga suatu desa yang bernama "Jayyu". Bapakku adalah seorang Kepala Desa. Beliau menyayangiku melebihi sayangnya terhadap semua mahluk. Kecintaan beliau tersebut membuat beliau mengurungku di rumahnya sebagaimana dipenjaranya seorang budak. Aku dilahirkan untuk membaktikan diri di lingkungan Majusi sehingga akupun menjadi penjaga Api yang Bapakku hidupkan dan tidak membiarkannya padam walaupun hanya sekejap.
Ayahku memiliki perkebunan yang luas. Pada suatu hari beliau sibuk dengan bangunan yang ia miliki. Beliau berkata padaku : "Wahai anakku sesunggunya hari ini aku sangat sibuk dengan bangunanku sehingga aku tidak dapat mengurus perkebunan, pergilah engkau kesana. Beliau menyuruhkan melakukan beberapa pekerjaan yang ia inginkan. Kemudian beliau berkata padaku : "Jangan sampai engkau tersasar, karena dirimu lebih berharga bagiku dibandingkan seluruh kebunku dan engkau akan menyibukkanku dari seluruh urusanku."
Akupun keluar rumah menuju perkebunan ayahku. Tatkala aku melewati gereja orang-orang Nashrani. Kudengar suara mereka sedang melakukan ibadah. Akupun tidak mengetahui mengapa Bapakku mengharuskan aku hanya tinggal dirumah saja. Maka tatkala kulewati gereja mereka dan terdengar olehku suara mereka, akupun masuk ke dalam gereja untuk melihat apa yang mereka lakukan. Saat kulihat mereka, sungguh sangat menakjubkanku ibadah mereka dan akupun ingin melakukan ibadah tersebut.
Aku berkata : "Demi Allah, Agama ini lebih baik dari agama yang selama ini kami yakini." Demi Allah, aku tidak tinggalkan mereka kecuali setelah matahari terbenam dan akupun tidak jadi mendatangi perkebunan ayakku. Kukatakan pada mereka : "Dimanakah sumber agama ini?" mereka menjawab : "Di Syam". Aku kembali kepada Bapakku, padahal beliau telah menyuruh seseorang untuk mencariku sedangkan aku tidak mengerjakan apa yang ditugaskan bapakku. Tatkala kudatangi Bapakku, Beliau berkata : "Wahai anakku, dimanakah Engkau, bukankah aku telah berpesan padamu untuk melakukan apa yang kuperintahkan?"
Aku berkata : "Wahai Bapakku, aku melintasi manusia yang melakukan ibadah di gereja, dan sangat menakjubkanku agama mereka. Demi Allah, Aku senantiasa bersama mereka hingga matahari terbenam." Berkata Bapakku : "Wahai anakku tidak ada sedikitpun kebaikan pada agama tersebut, Agamamu dan Agama nenek moyangmu lebih baik dari agama mereka." Aku membantah: "Demi Allah, sekali-kali tidak, Agama mereka lebih baik dari agama kita." Maka Bapakku khawatir akan diriku dan beliau merantai kakiku serta mengurungku di dalam rumahnya.
Suatu hari ada sekelompok orang Nashrani yang diutus kepadaku. Kukatakan pada mereka : "Jika ada rombongan yang terdiri pedagang Nashrani, kabarilah aku." Selanjutnya kukatakan : "Jika para pedang tersebut telah menyelesaikan hajat mereka dan akan kembali ke negerinya, Izinkan aku ikut bersama mereka." Tatkala para pedang tersebut ingin kembali ke negeri, mereka pun mengabariku. Kulepaskan ikatan besi di kakiku, akupun keluar dan pergi bersama rombongan pedagang nashrani hingga tiba di Syam (Syiria).
Setibanya aku di Syam, kukatakan : "Siapa orang yang ahli agama disini?" Mereka katakan : "Uskup (Pendeta) yang tinggal di gereja." Akupun menemui pendeta tersebut dan kukatakan padanya : "Sesungguhnya aku sangat mencintai agama ini dan aku ingin tinggal bersamamu hingga aku dapat membantumu di gerejamu. Akupun dapat belajar darimu dan beribadah denganmu." Pendeta itu menjawab : "Masuklah." Maka akupun tinggal bersamanya.
Ternyata pendeta tersebut adalah pendeta yang jahat. Ia perintahkan dan anjurkan manusia untuk bersedekah dan ketika harta tersebut telah terkumpul ia simpan harta tersebut untuk dirinya sendiri hingga mencapai 7 peti emas dan perak tanpa sedikitpun ia infakkan untuk orang miskin. Aku sangat membenci perbuatan pendeta tersebut. Tatkala pendeta tersebut meninggal, orang-orang nashrani berkumpul untuk menguburnya. Maka kukatakan pada mereka : "Sesungguhnya pendeta ini adalah pendeta yang jahat, ia perintahkan dan anjurkan kalian untuk bersedekah. Namun, setelah harta tersebut terkumpul, ia simpan harta tersebut untuk dirinya sendiri dan tidak diinfakkan sedikitpun untuk orang miskin." Mereka berkata :"Apa buktinya?" Kukatakan : "Kutunjukkan pada kalian simpanannya." Mereka berkata :"Tunjukkan pada kami." Maka kutunjukkan simpanan pendeta tersebut, kemudian orang-orang pun mengeluarkan 7 peti emas dan perak. Tatkala mereka saksikan, mereka berkata : "Demi Allah, selamanya kami tidak akan menguburkannya." Maka mereka menyalip pendeta tersebut dan melempari jasadnya dengan batu.
Merekapun mengangkat orang lain sebagai penganti pendeta tersebut. Tidak pernah kulihat seorang sholat lima waktu yang lebih baik dari orang ini. Ia sangat zuhud dunia, mencintai akhirat dan selalu beribadah siang malam. Maka aku pun sangat mencintainya yang besarnya cinta ini tidak pernah kuberikan selain padanya. Aku pun tinggal bersamanya. Tatkala kematian mendatanginya, kukatakan padanya : "Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu, aku sangat mencintaimu yang besarnya cinta ini tidak pernah kuberikan selain padamu. Dan telah menghampirimu apa yang telah engkau lihat dari ketetapan Allah. Kepada siapakah engkau wasiatkan aku? Dan apa yang engkau perintahkan padaku?." Ia berkata : "Wahai anakku! Demi Allah, saat ini aku tidak mengetahui orang yang berkeyakinan seperti keyakinanku. Orang-orang yang kukenal telah mati. Manusia mengganti ajaran yang benar dan mereka tinggalkan sebagian besar ajaran tersebut. Kecuali seseorang yang tinggal di "Maushil" (kota di Irak), yaitu si Fulan. Ia berkeyakinan seperti keyakinanku ini, maka kebenaran ada bersamanya."
Maka tatkala pendeta tersebut meninggal, akupun menemui orangMaushil tersebut dan kukatakan padanya : "Wahai Fulan sesungguhnya si Fulan telah mewasiatkanku agar aku ikut bersamamu. Ia kabarkan bahwa engkau berkeyakinan seperti keyakinannya." Ia katakan : "Tinggalkan bersamaku." Aku pun hidup bersamanya. Kudapati ia adalah paling baiknya manusia sebagaimana yang diterangkan si Fulan padaku. Namun ia pun dihampiri kematian. Tatkala kematian mendatanginya, kukatakan padanya : "Wahai Fulan, sesungguhnya si Fulan telah mewasiatkan padaku untuk menemui dan ikut bersamamu, kini takdir Allah telah berlaku atasmu sebagaimana telah engkau ketahui, kepada siapakah engkau wasiatkan aku? Dan apa yang engaku perintakah?. Ia berkata : "Wahai anakku, demi Allah, tak ada seorang pun yang berkeyakinan sepertiku kecuali seseorang yang tinggal di Nashibiin (Kota Aljazair), Yaitu si Fulan, maka kebenaran ada bersamanya."
Setelah wafatnya beliau, aku menemui seseorang yang tinggal di Nashibiin itu. Kuceritakan padanya dan apa yang diperintahkan si Fulan padaku. Orang itu berkata : "tinggallah bersamaku." Aku pun tinggal bersamanya dan kudapati ia seperti si Fulan yang aku pernah hidup bersamanya. Aku pun tinggal bersama seseorang yang sangat baik (agamanya). Demi Allah ketika Kematian hampir datang menjemputnya kukatakan padanya : "Wahai Fulan, Ketika si Fulan mewasiatkan aku kepada Fulan kemudian Si Fulan mewasiatkan aku padamu?, sepeninggalmu nanti, kepada siapakah engkau wasiatkan aku? Dan apa yang engkau perintahkan?." Ia berkata : "Wahai anakku, Demi Allah tidak ada yang tersisa yang aku perintahkan engku untuk mendatanginya kecuali seseorang yang tinggal di 'Ammuryyah (Kota di Romawi). Sesungguhnya ia berkeyakinan seperti keyakinan kita. Jika engkau suka datangilah, karena ia berkeyakinan seperti keyakinanku."
Setelah orang tersebut meninggal kudatangi seseorang yang tinggal di'Ammuryyah, kuceritakan padanya keadaanku. Ia pun berkata : "Tinggallah bersamaku." Ditempat orang ini, aku bekerja hingga kumiliki beberapa ekor sapi dan kambing. Kemudian taqdir Allah berlaku atasnya. Ketika kematian menghampirinya, kukatakan padanya : "Wahai Fulan, selama ini aku hidup bersama Fulan, kemudian ia wasiatkan aku untuk menemui si Fulan, kemudian si Fulan mewasiatkan aku untuk menemui Fulan, kemudian Fulan mewasiatkanku untuk menemuimu. Sekarang kepada siapakah engkau wasiatkan aku? Dan apa yang engkau perintahkan padaku?." Orang itu berkata : "Wahai anakku, demi Allah, tidak kuketahui seorang pun berkeyakinan seperti keyakinan kita yang dapat kuperintahkan dirimu untuk menemuinya. Akan tetapi hampir tiba saatnya muncul seorang nabi, yang diutus membawa ajaran nabi Ibrahim. Nabi tersebut muncul di negeri Arab. Dia akan hijrah menuju negeri antara dua perbukitan yang ditumbuhi pohon kurma. Pada dirinya terdapat tanda kenabian yang tidak dapat disembunyikan. Dia makan dari makanan hadiah namun tidak makan dari pemberian sedekah, diantara dua bahunya terdapat tandan cincin kenabian. Jika engkau dapat menuju negeri tersebut, maka pergilah!." Kemudian orang itu meninggal dan aku tetap tinggal di 'Ammuryyah sesuai dengan kehendak Allah.
. . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar